Sabtu, Desember 13, 2008

Warisan Nabi

"Sesungguhnya pada nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. tapi mereka hanya mewariskan ilmu, barangsiapa yang mengambilnya maka dia telah mengambil bagian yang sangat banyak." (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
Di sekitar kita,banyak orang-orang yang sangat memperhatikan pendidikan putra-putrinya. Berapapun biaya yang harus dikeluarin, mereka nggak peduli. Begitu urgennya pendidikan, nyaris semua orang berbondong-bondong mengejarnya, berlomba-lomba meraihnya, nggak peduli betapa capeknya. Entah tujuan akhirnya apa, apakah Cuma untuk dunia ataukah untuk menggapai ridhoNya.

Fakta mengatakan bahwa mayoritas manusia hanya mementingkan ilmu yang bersifat keduniaan. Saying banget. Padahal ada ilmu lain yang lebih penting, bahkan itulah yang disebut ilmu yang sebenarnya. Kata Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’ilmu, ilmu yang diturunkan Allah kepada RasulNya berupa penjelasan dan petunjuk.

"Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memberikan pemahaman agama kepadanya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Kenapa sih, kita kudu berilmu? Di dalam Al Qur’an udah disebutin :

“Katakanlah (wahai Muhammad): Adakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tiada mengetahui? Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az Zumar : 9)

“Katakanlah (wahai Muhammad): Adakah sama orang yang buta dan orang yang bisa melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang? ” (QS. Ar Ra’du : 16)

“Dan tidaklah sama antara orang yang buta dengan orang yang bisa melihat, tidak sama antara gelap gulita dengan cahaya, dan tidak sama pula antara yang teduh dengan yang panas. Demikian pula tidak sama antara orang yang hidup dengan orang yang mati.” (QS. Fatir : 19-22)

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu : Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan : Berdirilah kamu, maka berdirilah. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al Mujadilah : 11)

Rasulullah SAW. juga bersabda, “Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim.”

Ilmu adalah dasar sebelum ngomong dan ngamal. Dengan ilmu, kita bisa tahu mana yang haq dan mana yang bathil. Hal ini penting karena yang haq lebih utama untuk diikuti.

Ilmu yang wajib adalah ilmu yang menjadi sarana hamba untuk beribadah dan menjalankan ketaatan pada Allah. Sedangkan mengilmui secara detail tentang ilmu syariat adalah wajib kifayah. kalo udah ada yang belajar, maka gugurlah kewajiban itu bagi yang lain. Jadi, tiap diri punya keharusan buat belajar ilmu syar’i.

Ilmu syar’i? Fungsinya? O… buanyak. Simak ya!

1. Sarana menuju taqwa.

Udah pasti orang yang berilmu akan tambah taqwa sama Allah. Taqwa kan realisasi dari ilmu.

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya hanyalah para ulama.” (QS. Fatir : 28)

2. Pijakan sebelum berucap dan beramal

Orang yang berkata dan berbuat tanpa landasan ilmu jelas ngawur. Makanya modal ilmu itu penting. Nggak boleh nggak!

3. Perbendaharaan amal yang terus mengalir

“Sahabat Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Rasulullah SAW. telah bersabda : Apabila seseorang telah meninggal, maka semua amalnya terputus kecualitiga perkara : Shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholih yang senantiasa mendoakan kepada kedua orang tuanya.” (HR. Muslim)

4. Santapan rohani

Manusia butuh makan dan minum untuk fisiknya, begitu juga dengan rohaninya. Rohani butuh banget yang namanya ilmu untuk menghidupinya. Bahkan kebutuhan manusia terhadap ilmu jauh lebih besar daripada jasmani ya butuh makanan. Karena makan dan minum hanya untuk hari itu aja, sedangkan ilmu dibutuhin buat sepanjang hidup manusia. Kata Imam Ahmad sih, kurang lebih gitu…

5. Tameng kedzoliman

Seorang ulama pernah bilang, Ketahuilah bahwa tipu daya iblis paling awal adalah memalingkan manusia dari ilmu. Ilmu adalah cahaya, dan jika cahaya telah padam, maka dengan mudah iblis menenggelamkannya dalam kedzoliman. (Syaikh Salim Al Hilali, Manhaj Al Anbiya fi Tazkiyatun Nufus)

Nah, fungsinya kan udah tuh… sekarang hiasannya. Hiasan? Maksudnya? Seorang penuntut ilmu yang baik tentu akan berhias dengan adab-adab mulia dalam menuntut ilmu, di antaranya :

1. Ikhlaskan niat

Ikhlas menjadi hal yang selalu dituntut dalam setiap ibadah hamba. Karena mencari dan menuntut ilmu adalah bagian dari ibadah, ya harus ikhlas donkz! Just for Allah!


2. Niatkan buat membabat habis kebodohan dan buat menjaga agama kita.

Kita sadar banget kalo kita terlahir dalam keadaan super nggak tahu apa-apa. Makanya kita kudu menghapus kebodohan itu baik dari diri sendiri maupun orang lain. kalo belum pinter (belum ngerti ilmunya), kita wajib hunting. kalo udah pinter (udah paham ilmunya), dimanfaatin. Orang pinter kan nggak gampang dibodohi, jadi nggak gampang dijauhkan dari agama, nggak gampang disesatin, nggak gampang dijajah dengan “ramah”.

3. Sabar

Menimba ilmu bukan perkara enteng. Butuh kesabaran extra buat menggapainya.

4. Memegang teguh Al Quran dan Al Hadits yang shahih

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan RasulNya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa’ : 59)

5. Menghargai dan menghormati ulama

Maksudnya adalah bisa menghargai kedudukan seseorang yang berilmu dalam agama ini dan berlapang dada dalam menerima perbedaan antarulama dalam masalah-masalah tertentu.

6. Beramal dan berdakwah

kalo kita udah punya ilmu, hal pertama yang kudu dijalani adalah menerapkan ilmu itu, baru kemudian menyampaikannya pada orang lain.

“Sahabat abi Hurairah r.a. berkata, Rasulullah SAW. telah bersabda: Barangsiapa yang dimintai penjelasan tentang suatu ilmu pengetahuan kemudian dia tidak menjawab (menyembunyikannya), maka dia akan diikat dengan ikat dari api neraka.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Halim)

Meski ada adabnya, itu aja belum cukup. Ada hal-hal lain yang perlu diperhatikan oleh penuntut ilmu, misalnya menjauhi sifat malas, sombong, maksiat, putus asa, dan merasa benar sendiri. kalo udah bisa merealisasikannya, insyaAllah warisan nabi ini akan berkah alias bermanfaat. Baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Daftar Rujukan:

Mahalli, Ahmad Mudjab. 2003. Buku Pintar Para Da’i. Surabaya: DUTA ILMU.

ElFata. Agustus 2008. Warisan Nabi SAW. Siapa Mau?, hlm. 25.

Tidak ada komentar: